Rabu, 28 April 2010

KELOMPOK DAN DINAMIKA ANTAR KELOMPOK

Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami [1].

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama[2].
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Fungsi Dinamika Kelompok
* 2 Jenis Kelompok Sosial
* 3 Ciri Kelompok Sosial
* 4 Pembentukan Kelompok
* 5 Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok
* 6 Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok
* 7 Referensi

[sunting] Fungsi Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain [3] : 1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)

2. Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)

3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. (pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)

4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)
[sunting] Jenis Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada[4]. Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:

1. Kelompok Primer Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara[5]. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

2. Kelompok Sekunder Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

3. Kelompok Formal Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

4. Kelompok Informal Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan
Geng Motor Salah Satu Bentuk Kelompok Sosial
[sunting] Ciri Kelompok Sosial

Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain. (menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)

2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain (Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)

3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing

4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
[sunting] Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok[6].

Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik) [7] Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.

Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut[8] :

1. Persepsi Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.

2. Motivasi Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.

3. Tujuan Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.

4. Organisasi Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.

5. Independensi Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.

6. Interaksi Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.
[sunting] Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok

Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:

1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila: a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut. c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.

2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk: a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama b) membina dan memperluas pola c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.

Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain [9] :

1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.

2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.

3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelopok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok.

MENGELOLA INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Pada artikel ini dijelaskan bagaimana teknologi dapat membantu organisasi dalam mengolah dan memantau sumber daya yang dimilikinya. Salah satunya adalah meningkatnya kesempatan untuk menciptakan tim yang efektif, yaitu dengan cara membentuk tim virtual.

Yang dimaksud dengan tim virtual adalah tim yang melakukan komunikasi melalui dunia maya.

Dari sinilah teknologi juga mempengaruhi manajemen knowledge di dalam organisasi.

Ditinjau dari dimensi virtual, jenis Tim kerja dapat dibagi Tiga (3),
yaitu :

* Tim tradisional : selalu melakukan tatap muka dalam bekerja

* Tim virtual murni : sama sekali tidak pernah melakukan tatap muka dalam melakukan pekerjaannya

* Tim hibrid : melakukan pekerjaannya dengan mengkombinasikan antara pertemuan tatap muka dengan komunikasi dalam dunia maya


Jenis teknologi yang mendukung tim virtual adalah teknologi komunikasi dan group support technology. Teknologi komunikasi memungkinkan komunikasi antara anggota tim yang jaraknya tidak berdekatan, karena pertemuan secara fisik dapat digantikan dengan pertemuan secara elektronis. Sedangkan group support technology dapat menyediakan fungsional tambahan dengan membuat kerja tim lebih terstruktur, memungkinkan proses kerja tim dapat dianalisis, serta memungkinkan penyimpanan informasi yang dibutuhkan oleh tim. Sehingga dengan adanya teknologi pada tim virtual, diharapkan terbentuknya tim yang lebih baik serta dapat meningkatkan kinerja tim.

Knowledge dalam suatu organisasi sebenarnya terbentuk dari penggabungan beberapa knowledge yang prosesnya berjalan secara sekuensial. Beberapa knowledge tersebut adalah individual knowledge, social knowledge, potential team knowledge, dan usable knowledge.


Terdapat beberapa tipe individual knowledge, yaitu eksplisit, implisit, dan tasit. Istilah knowledge eksplisit digunakan pada pengetahuan yang dapat dilihat secara fisik. Sedangkan knowledge implisit dan tasit merupakan pengetahuan yang tidak berupa fisik, tetapi dapat diubah ke bentuk knowledge eksplisit untuk memudahkan pertukaran knowledge pada organisasi. Jika knowledge implisit dapat diubah secara langsung ke bentuk knowledge eksplisit, tidak demikian halnya dengan knowledge tasit yang membutuhkan pengalaman untuk mengubahnya menjadi eksplisit dan tidak mungkin dapat ditransfer seluruhnya. Proses transfer knowledge ini dapat difasilitasi oleh media elektronis. Tim yang lebih virtual cenderung untuk menyimpan knowledge dalam bentuk yang searchable untuk pertukaran informasi, sedangkan tim yang tidak virtual cenderung menggunakan proses sosialisasi tatap muka untuk pertukaran informasinya.

Social knowledge juga terdiri atas beberapa tipe, yaitu tipe objektif, kolektif, dan shared understanding. Tipe objektif adalah knowledge eksplisit yang diketahui secara luas oleh anggota organisasi. Tipe kolektif adalah knowledge eksplisit yang tidak diketahui secara luas. Sedangkan tipe shared understanding merupakan knowledge yang tidak eksplisit tetapi diketahui secara luas oleh semua anggota organisasi. Dengan adanya teknologi, diharapkan berbagai tipe social knowledge tersebut dapat diubah ke bentuk yang dapat diakses oleh anggota tim secara luas. Hasil dari kombinasi antara individual knowledge dengan social knowledge menghasilkan potential team knowledge. Jadi potential team knowledge baru dapat terealisasi jika individu berada dalam tim. Sesuai dengan namanya, knowledge ini masih bersifat potensi dan untuk dapat digunakan harus diubah ke bentuk usable knowledge (knowledge yang sudah siap digunakan untuk keperluan organisasi). Dalam proses pengubahannya, potential team knowledge dipengaruhi dari dua (2) sisi, yaitu sisi absorptive capacity dan communities of pratice, serta sisi transactive memory dan sinergi tim. Absorptive capacity adalah kemampuan individu pada organisasi untuk menyerap knowledge yang ada. Communities of practice merupakan kemampuan individu pada organisasi untuk mentransfer knowledge yang dimiliki kepada timnya.


Tansactive memory merupakan suatu sistem yang dapat diakses bersama untuk menyimpan knowledge yang dimiliki oleh organisasi. Dalam hal ini teknologi memegang peranan penting, sebagai media untuk membuat sistem ini. Sedangkan sinergi tim adalah interaksi dalam suatu tim untuk saling tukar-menukar knowledge yang dimiliki masing-masing individu. Dalam virtual tim, dalam hal ini kemauan anggotanya untuk mentransfer informasi ke sistem yang telah dibuat, dengan memanfaatkan teknologi yang dimiliki perusahaan. Dari semua macam-macam knowledge di atas, kemudian terbentuklah organizational knowledge. Knowledge organisasi bisa didapatkan dari berbagai aspek, yaitu teknologi, struktur, serta standar dan rutinitas yang ada di organisasi. Agar knowledge berguna untuk organisasi, sebaiknya ada repositori yang dapat digunakan untuk digunakan bersama. Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari artikel ini. Pertama, adanya kenyataan bahwa setiap organisasi memiliki dilema bahwa adanya keinginan untuk mendapat hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal. Salah satu solusinya adalah pembentukan tim virtual, sehingga transformasi dan manajemen knowledge pada tim tersebut dapat berlangsung lebih efisien. Kedua, pada model teoritis yang dibuat terlihat bahwa pada virtual team, transfer knowledge lebih ditekankan pada knowledge eksplisit daripada knowledge tasit, padahal biasanya justru knowledge tasit memiliki pengaruh yang sangat penting. Selain itu, knowledge yang dimiliki individu sulit untuk ditransfer menjadi knowledge organisasi. Hal ini berakibat berkurangnya kemampuan tim untuk menyerap knowledge yang ada. Untuk mengatasinya diusulkan beberapa solusi.

* Pertama, verbalisasi segala aspek organisasi yang dapat diverbalisasi, seperti peraturan, terminologi, dan deskripsi hal-hal yang ada di organisasi.

* Kedua, anggota organisasi diberi dorongan untuk berbagi pengalaman.

* Ketiga, pengembangan komunitas praktis, yang berarti anggota tim jangan hanya dijejali oleh teori tanpa diberi kesempatan untuk mempraktekkannya.

* Keempat, mengembangkan strategi dan teknologi yang mendukung transactive memory.

* Kelima,mengembangkan strategi dan teknologi untuk mentransfer knowledge tasit di dalam tim.

* Dan keenam, mendukung dan mendorong pengembangan knowledge tasit tiap- tiap individu dalam tim.

PRILAKU DAN KINERJA MANAJERIAL

PRILAKU DAN KINERJA MANAJERIAL

Teori atau ilmu perilaku organisasi (organization behavior) pada hakekatnya mendasarkan kajiannya pada ilmu perilaku itu sendiri (akar ilmu psikologi), yang dikembangkan dengan pusatperhatiannya pada tingkah laku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, kerangka dasar teori perilaku organisasi ini didukung oleh dua komponen pokok, yakni individu-individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah dari perilaku tersebut.Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kelly dalam bukunya Organizational Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.Sistem pengukuran kinerja diharapkan bisa meningkatkan persepsi manajer atas setiap dimensi dalam pemberdayaan psikologis dalam hal ini adalah Meaning Competence, Self determinationdan Impact. Sistem pengukuran kinerja membuat tugas seorang individu lebih berarti(Meaning) karena informasi yang komprehensif tentang sebuah strategi dan kinerja dapat membantu seseorang untuk menyadari kemana organsiasi akan melangkah dan bagaimana peranan mereka agar sesuai dengan skope yang lebih luas dari organisasi. Conger dan Kanungo (1998) mencatat bahwa informasi tentang kinerja akan memperkuat persepsi seorang individu dalam memahami suatu tujuan (Self determination). Gist dan Mitchell (1992) menyatakan bahwa persepsi kompetensi (Competence) diperkuat dengan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan pemahaman seorang individu atas sebuah tugas, kompleksitas tugas tersebut dan lingkungan tugas. Informasi kinerja secara fundamental berguna sebagai alat untuk memperkuat kompetensi (Ilgen et al,1979 dalam Hall, 2004; Lawler, 1992; Spreitzer, 1995). Thomas et al, (1993) menyatakan bahwa manajer yang menggunakan informasi kinerja akan memiliki kontrol yang lebih besar atas permasalahan pada perusahaan. Hal ini memberikan manajer perasaan seolah-olah mereka mempunyai pengaruh yang besar terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Sistem pengukuran kinerja juga dapat memperkuat pengetahuan seorang manajer akan strategi dan prioritas sebuah organisasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mempengaruhi dan bertindak sesuai prioritas perusahaan. Tanpa informasi kinerja yang komprehensif, manajer cenderung tidak memahami sepenuhnya operasional dari sebuah unit kerja atau organisasi secara keseluruhan. Hal ini menciptakan perasaan tidak mampu memberikan pengaruh pada wilayah pekerjaan mereka. Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya hubungan positif antara informasi kinerja dan pemberdayan psikologis secara keseluruhan (Spreitzer, 1997; Randolph, 1995). Peneliti Spreitzer (1997) menemukan bukti empiris bahwa akses informasi kinerja berhubungan positif dengan pemberdayaan psikologis. Penelitian tersebut didukung oleh Randolph (1995) yang menyatakan bahwa penyediaan informasi kinerja yang strategis dapat membantu mengembangkan pemberdayaan pegawainya.

Teori atau ilmu perilaku organisasi (organization behavior) pada hakekatnya mendasarkan kajiannya pada ilmu perilaku itu sendiri (akar ilmu psikologi), yang dikembangkan dengan pusatperhatiannya pada tingkah laku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, kerangka dasar teori perilaku organisasi ini didukung oleh dua komponen pokok, yakni individu-individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah dari perilaku tersebut.Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kelly dalam bukunya Organizational Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.Sistem pengukuran kinerja diharapkan bisa meningkatkan persepsi manajer atas setiap dimensi dalam pemberdayaan psikologis dalam hal ini adalah Meaning Competence, Self determinationdan Impact. Sistem pengukuran kinerja membuat tugas seorang individu lebih berarti(Meaning) karena informasi yang komprehensif tentang sebuah strategi dan kinerja dapat membantu seseorang untuk menyadari kemana organsiasi akan melangkah dan bagaimana peranan mereka agar sesuai dengan skope yang lebih luas dari organisasi. Conger dan Kanungo (1998) mencatat bahwa informasi tentang kinerja akan memperkuat persepsi seorang individu dalam memahami suatu tujuan (Self determination). Gist dan Mitchell (1992) menyatakan bahwa persepsi kompetensi (Competence) diperkuat dengan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan pemahaman seorang individu atas sebuah tugas, kompleksitas tugas tersebut dan lingkungan tugas. Informasi kinerja secara fundamental berguna sebagai alat untuk memperkuat kompetensi (Ilgen et al,1979 dalam Hall, 2004; Lawler, 1992; Spreitzer, 1995). Thomas et al, (1993) menyatakan bahwa manajer yang menggunakan informasi kinerja akan memiliki kontrol yang lebih besar atas permasalahan pada perusahaan. Hal ini memberikan manajer perasaan seolah-olah mereka mempunyai pengaruh yang besar terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Sistem pengukuran kinerja juga dapat memperkuat pengetahuan seorang manajer akan strategi dan prioritas sebuah organisasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mempengaruhi dan bertindak sesuai prioritas perusahaan. Tanpa informasi kinerja yang komprehensif, manajer cenderung tidak memahami sepenuhnya operasional dari sebuah unit kerja atau organisasi secara keseluruhan. Hal ini menciptakan perasaan tidak mampu memberikan pengaruh pada wilayah pekerjaan mereka. Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya hubungan positif antara informasi kinerja dan pemberdayan psikologis secara keseluruhan (Spreitzer, 1997; Randolph, 1995). Peneliti Spreitzer (1997) menemukan bukti empiris bahwa akses informasi kinerja berhubungan positif dengan pemberdayaan psikologis. Penelitian tersebut didukung oleh Randolph (1995) yang menyatakan bahwa penyediaan informasi kinerja yang strategis dapat membantu mengembangkan pemberdayaan pegawainya.

ATRIBUT DASAR ORGANISASI

ATRIBUT DASAR ORGANISASI
Organisasi dalam bahasa Yunani organon - alat adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unit tujuan bersama.

tujuan Organisasi
tujuan organisasi yaitu sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul dan bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya organisasi yaitu seperti uang, data, mesin, metode, lingkungan, material,sarana-parasarana, dan lain sebagainya yang dipergunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Karena sebuah organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat yang ada disekitarnya, keberadaan ini tentunya berupa suatu kontribusi yang diberikan sebuah organisasi tersebut. Kontribusi-kontribusi tersebut bisa berupa pengambilan sumber daya manusia dalam negeri sebagai anggota-anggotanya, sehingga angka pengangguran yang meningkat tiap tahunnya dapat ditekan seminimal mungkin. Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur

Struktur Organisasi
Struktur organisasi / organizational structure adalah menentukan dimana pekerjaan dibagi,dikelompokkan, dan diorganisasikan secara formal. Ada enam elemen yang perlu diperhatikan ketika hendak membuat struktur organisasi yaitu:
1.rentang kendali
2.sentralisasi
3.desentralisasi
4.spesialisasi kerja
5.departementalisasi
6.rantai komando

Pengendalian Organisasi
Pengendalian organisasi yaitu suatu proses pemantauan prestasi dan pengambilan tindakan untuk menjamin hasil yang diharapkan. Misalnya sebuah proses pengendalian oleh seorang manajer adalah proses dimana manajer pada seluruh tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang di maksud.
Proses pengendalian megukur kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan perbaikan.

Tujuan organisasi merupakan keadaan atau tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi di waktu yang akan datang melalui kegiatan organisasi.


Fungsi-fungsi tujuan:
1.Sebagai dasar bagi organisasi untuk mencapai hasil akhir.
2.Sumber legitimasi guna mendapat sumber daya.
3.Standart pelaksanaan.
4.Sumber motivasi
5.Dasar rasional pengorganisasian.


Parrow membagi tujuan menjadi :
1.Social goals : Tujuan Kemasyarakatan
2.Output goals : Pelaksanaan fungsi organisasi.
3.System goals Pelaksanaan fungsi organisasi
4.Produk goals : Karakteristik barang yang di buat
5.Derivide goals: Tujuan turunan




Setiap bentuk organisasi akan mempunyai unsur-unsur tertentu, yang antara lain sebagai berikut :

• Sebagai wadah atau tempat untuk bekerja sama.

• Proses kerja sama sedikitnya antara dua orang

• Jelas tugas dan kedudukannya masing-masing

• Ada tujuan tertentu

1. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama

Organisasi adalah merupakan suatu wadah atau tempat dimana orang-orang dapat bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan tanpa adanya organisasi menjadi saat bagi orang-orang untuk melaksanakan suatu kerja sama, sebab setiap orang tidak mengetahui bagaimana cara bekerja sama tersebut akan dilaksanakan. Pengertian tempat di sini dalam arti yang konkrit, tetapi dalam arti yang abstrak, sehingga dengan demikian tempat sini adalah dalam arti fungsi yaitu menampung atau mewadai keinginan kerja sama beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian umum, maka organisasi dapat berubah wadah sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu misalnya organisasi buruh, organisasi wanita, organisasi mahasiswa dan sebagainya.

2. Proses kerja sama sedikitnya antar dua orang

Suatu organisasi, selain merupakan tempat kerja sama juga merupakan proses kerja sama sedikitnya antar dua orang. Dalam praktek, jika kerja sama tersebut di lakukan dengan banyak orang, maka organisasi itu di susun harus lebih sempurna dengan kata lain proses kerja sama di lakukan dalam suatu organisasi, mempunyai kemungkinan untuk di laksanakan dengan lebih baik hal ini berarti tanpa suatu organisasi maka proses sama itu hanya bersifat sementara, di mana hubungan antar kerja sama antara pihak-pihak bersangkutan kurang dapat diatur dengan sebaik-baiknya.

3. Jelas tugas kedudukannya masing-masing

Dengan adanya organisasi maka tugas dan kedudukan masing-masing orang atau pihak hubungan satu dengan yang lain akan dapat lebih jelas, dengan demikian kesimpulan dobel pekerjaan dan sebagainya akan dapat di hindarkan. Dengan kata lain tanpa orang yang baik mereka akan bingung tentang apa tugas-tugasnya dan bagaimana hubungan antara yang satu dengan yang lain.

4. Ada tujuan tertentu

Betapa pentingnya kemampuan mengorganisasi bagi seorang manajer. Suatu perencana yang kurang baik tetapi organisasinya baik akan cenderung lebih baik hasilnya dari pada perencanaan yang baik tetapi organisasi tidak baik. Selain itu dengan cara mengorganisasi secara baik akan mendapat keuntungan antara lain sebagai berikut :

- Pelaksanaan tugas pekerjaan mempunyai kemungkinan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif

Secara ringkas unsur-unsur organisasi yang paling dasar adalah :

- Harus ada wadah atau tempatnya untuk bekerja sama.

- Harus ada orang-orang yang bekerja sama.

- Kedudukan dan tugas masing-masing orang harus jelas.

- Harus ada tujuan bersama yang mau dicapai.